Sikap Cuek yang Berujung Malapetaka!
Sumber: My Arab Life

Kata Alkitab / 22 August 2017

Kalangan Sendiri

Sikap Cuek yang Berujung Malapetaka!

Lori Official Writer
5854

Kalau bisa milih, kamu tipe pribadi yang ngimana sih? Yang cenderung cuek atau malah care (peduli, red) banget sama orang lain? Jadi orang yang pedulian itu emang bisa bikin kita serba salah. Dianggap ada maunya atau dianggap lebay. Tapi cuek juga tetap ada risikonya. Apalagi kalau dicuekin, duh sakitnya tuh ya.

Ini nih satu kisah yang inspiring banget yang mungkin bisa ngingetin kita bagaimana harus bersikap.

Alkisah, sepasang suami istri yang bekerja sebagai petani barus sampai di rumahnya dari pasar. Lalu seekor tikus terus memperhatikan bawaan yang mereka bawa. Dia mikir mungkin aja itu adalah makanan dan itu bisa jadi kesempatannya untuk bisa makan enak.

Kemudian, diapun membuka barang belanjaan itu dan sedikit kaget karna ternyata itu adalah perangkap tikus. Dengan panik, si tikus pun segera pergi meninggalkan barang itu dan mulai mendatangi ayam di kandangnya dan menceritakan semua yang dia lihat.

“Ada perangkap tikus. Ada perangkap tikus di sana.” Teriaknya. Dengan muka santai, si ayam pun menjawab, “Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu nggak ngaruh sama aku.”

Merasa nggak dipeduliin, sang tikus pun kemudian menemui seekor kambing. Lagi-lagi dia terus berteriak memberitahukan apa yang dilihatnya. “Aku turut simpati, tapi nggak ada yang bisa aku lakukan,” kata si kambing sambil menggeleng-geleng kepalanya.

Merasa putus asa sama si kambing, tikus lalu mendatangi sapi. Dia memberitahukan semua yang dia lihat kepada sapi. Lagi-lagi, sang sapi pun menjawab dengan ketus. “Maafkan aku. Tapi perangkap tikus nggak berbahaya bagiku sama sekali.”

Satu per satu teman-temannya sama sekali nggak ada yang peduli dengan kepanikan si tikus. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk lari ke hutan. Di sana dia pun ketemu seekor ular. Saat menceritakan apa yang dia lihat, sang ular berkata, “Perangkap tikus kecil nggak bisa mencelakaiku tuan tikus.”

Akhirnya, dia pun kembali ke rumah sepasang suami istri itu. Meskipun perasaannya bercampur aduk.

Di malam harinya, pemilik rumah terbangun karna bunyi keras perangkap tikus yang mereka pasang. Itu artinya ada yang terjebak di sana. Mengejutkannya, korban yang terjebak di sana bukanlah sang tikus yang ketakutan, melainkan seekor ular berbisa.

Menyadari dirinya terperangkap, sang ular pun berusaha untuk lepas. Saat itulah, sang ular akhirnya menyerang sang istri pemilik rumah.

Gigitan ular membuat sang istri harus dibawa ke rumah sakit. Setelah mendapat perawatan, istrinya pun mulai membaik kecuali hanya merasa sedikit demam. Lalu beberapa hari kemudian dia diminta untuk minum sop ceker ayam. Itu sebabnya, sang suami harus menyembelih seekor ayam peliharaan mereka.

Sayangnya, penyakit sang istri masih belum kunjung sembuh. Sampai akhirnya seorang teman memintanya untuk makan hati kambing.

Demi kesembuhan sang istri, dia pun rela menyembelih kambing peliharaannya dan mengambil hatinya. Sayangnya, kondisi sang istri semakin memburuk dan nggak tertolong lagi. Istrinya pun meninggal dunia.

Di hari yang penuh duka itu, banyak rekan dan keluarga yang datang untuk sekadar menguatkan dan mengucapkan bela sungkawa. Sebagai rasa terima kasih, sang suamimu menyembelih sapinya dan memberi semua orang yang hadir makan.

Dari kejauhan, sang Tikus hanya diam dalam kesedihan. Dia menyaksikan bagaimana teman-temannya satu per satu disembelih. Dia sedih karna ucapannya nggak didengarkan.

Sementara perangkap tikus itu nggak lagi dipakai.

 

Bahan Renungan

Orang-orang percaya juga sering bersikap cuek sama seperti ayam, kambing, sapi dan ular. Kita cuek atau nggak mau tahu sama firman Tuhan. Kita sering diingatkan lewat firman-Nya, tapi kita sering abai dan nggak mau peduli. Sampai akhirnya kita jatuh dalam dosa dan membuat kita menyesal dan kecewa. Sikap cuek semacam inilah yang paling membahayakan kehidupan rohani kita.

Kalau kamu saat ini masih cuek sama hal-hal yang kecil sekalipun, renungkanlah kisah ini. Jangan sampai kamu menyesal dulu baru mau mendengar peringatan dari Tuhan.

“...karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Filipi 2: 2-3)

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami